Sabtu, 12 November 2016

Seminar Parenting Sekolah Hobihobi : Mempersiapkan Aqil Baligh dengan Bahagia (part 1)


Bung Karno : “Berikan aku sepuluh pemuda, akan kuubah dunia”
Kini : “Berikan aku satu remaja, pusing kepalaku”

Kalimat pertama sering saya dengar, namun untuk kalimat kedua saya baru dengar. Kenapa remaja membuat pusing kepala? Apa bedanya pemuda dengan remaja? Beberapa waktu lalu saya menghadiri Seminar Parenting yang diadakan oleh Sekolah Hobi Hobi Bekasi, dengan tema "Mempersiapkan Aqil Baligh dengan Bahagia". Sebagai Pembicara yaitu Drs Andriano Rusfi, P. Si yang merupakan Konsultan SDM & Pendidikan. Beliau juga sebagai Konsultan Senior PPSDM dan Ketua Dewan Pakar Masjid Salman ITB. Dengan di moderatori oleh Drh Lulu Mariyam Fathurahman, seminar ini memaparkan berbagai problematika remaja dewasa ini.

Aqil Baligh
Drs Andriano Rusfi, P. Si (Pembicara) dan Drh Lulu Mariyam Fathurahman (Moderator)


Nah dari Seminar itulah saya tahu perbedaan remaja dan dewasa. Ternyata persepsi saya selama ini salah loch tentang pengertian remaja, dan sungguh miris sekali mendengar penuturan Pembicara, kenyataan yang kita hadapi sekarang dan di masa akan datang. 

Penelusuran Ilmiah Tentang Remaja

Seluruh literature ilmiah hingga akhir abad 19 tak mengenal terminologi remaja. Berubahnya periode remaja membuktikan bahwa fase ini tidak ajeg dan penelitian psikologi lintas budaya membuktikan bahwa fenomena remaja tidak universal. Periodisasi perkembangan kofnitif (Piaget), seksual (Freud), Sosial (Erikson) dan moral (Kohlberg) tak mengenal fase remaja.

Istilah Remaja baru ada sejak akhir abad 19 yaitu muncul sejak era Revolusi Industri. Saat orang tua  harus keluar rumah dan bekerja, anak-anak terpaksa di titipkan di sekolah sehingga luput untuk mendidik secara mental. Walaupun secara fisik anak-anak tumbuh cepat, namun secara mental tumbuh lambat. Karena sering keluar rumah itulah, orang tua mengganti dengan makanan dan materi sehingga anak-anak cepat besar secara fisik dan juga hormon seksual. Masa inilah anak-anak disebut telah baligh. 



Pernah membaca atau menonton kasus Yuyun di televisi? Seorang gadis 14 tahun di perkosa dimana vagina dan duburnya hancur oleh 12 pemuda, 7 pelaku diantaranya adalah anak di bawah umur. Para pelaku hanya di hukum ringan dengan alasan klasik “masih anak-anak”. Drs Andriano memaparkan hal tersebut karena berdasarkan UU Kriminal, umur di bawah 18 tahun pelaku kejahatan akan di hukum separuh orang dewasa.  Namun yang menjadi pertanyaan, dapatkah mereka di sebut anak-anak jika telah mampu melakukan tindakan seksual?

Fase remaja merupakan fase transisional dengan rentang yang sangat panjang. Jika 18 tahun adalah masa manusia di sebut dewasa, maka anak-anak mulai baligh di usia 9 atau 10 tahun mereka mengalami masa transisi selama 8 / 9 tahun. Dalam masa pencarian identitas mereka di sebut sebagai remaja yang tidak produktif bahkan konsumtif dan destruktif. Pada masa transisi itulah mereka Remaja disebut generasi galau dan bingung dengan identitas, status dan posisi social. 

Dari sinilah di ketahui bahwa remaja, sudah baligh namun belum aqil. Bukan anak tapi belum dewasa. Karena hukum hanya mengenal anak-anak dan dewasa sebagai subjek hukum, dan posisi remaja tidak tercantum.
 

Menyeimbangkan Aqil Dan Baligh dari Anak Menuju Dewasa

Dari penjabaran di atas, dapatlah kita tarik garis merah, bahwa tidak ada istilah remaja terutama dalam Islam. Dari anak menuju dewasa, bukan remaja. Dan ini erat kaitannya dengan Aqil dan Baligh.

Untuk melahirkan generasi yang baik dan sesuai dengan tuntunan agama, Aqil dan Baligh harus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan dan harus berjalan berbarengan. Tidak bisa baligh dulu atau aqil dulu agar di kemudian hari anak akan menjadi sepenuhnya dewasa, matang secara fisik dan mental. Juga mandiri, bertanggung jawab, siap memikul beban dan bagian dari suatu solusi bukan menjadi sumber masalah. Berikut komparasi Aqil dan Baligh yang merupakan satu kesatuan dan berjalan bersamaan :

AQIL
BALIGH
Dewasa mental
Pengaruh pendidikan
Berkembangnya akal
Fungsi tanggung jawab
Mandiri, tanggung jawab
Peran ayah + Ibu
Dewasa Fisik
Pengaruh nutrisi
Berkembangnya nafsu
Fungsi reproduksi
Life and death instinct
Peran Ibu + ayah

Misalnya, anak sampai usia 7 tahun masih sangat individual, belumlah waktunya di ajarkan untuk berbagi. Anak usia tersebut alangkah baiknya di berikan pendidikan yang berkreatifitas dan imajinasi. Beda halnya dengan anak 7 tahun ke atas, berikan pengajaran untuk saling berbagi, mengajari bersosialisasi, kedisiplinan sehingga akan mempengaruhi balighnya. Terlalu cepat memberikan pengajaran yang belum waktunya membuat anak akan menjadi cepat dewasa. Sehingga Aqil dan baligh tidak berjalan berbarengan. 


Mengakil Balighkan Anak

Karena sejak Revolusi Industri itulah, para orang tua yang sedianya sebagai garda terdepan dalam pembentukan aqil baligh anak, harus keluar rumah untuk mencari penghidupan, menyerahkan sepenuhnya pengajaran anak kepada Sekolah. Sedangkan di sekolah hanya untuk mengajar pelajaran / keilmuan. Orang tua boleh mendelegasikan tugas pengajaran, namun jangan melimpahkan tanggung jawab mendidik kepada Sekolah. 



Dalam Islam, penanggungjawab utama mendidik adalah ayah, dan pelaksananya adalah bunda. Jika peran ayah minim dalam hal mendidik anak, maka aqil akan telat. Sama halnya dengan Tarbiyah yang merupakan tugas Ayah, sedangkan mengasuh adalah tugas Bunda. Tak perlu berlindung di balik istilah “kualitas pertemuan” lebih penting, namun melupakan mendidik. 

Peran Ayah
Peran Bunda
Man of Vision and Mission
Penanggung jawab
Konsultan Pendidikan
Sang Ego dan Individualitas
Pembangun Sistem Berpikir
Penegak Professional
Supplier Maskulinitas
The Person of Tega
Pelaksana harian pendidikan
Person of love and sincerity
Sang harmoni dan sinergi
Pemilik moralitas dan nurani
Supplier Femininitas
Pembangun Hati dan Rasa
Berbasis Pengorbanan
Sang Pembasuh Luka

Sebagai perbandingan pendidikan di rumah dan sekolah (co-parenting) :
·         Rumah : Penanggungjawab dan pendidik
·         Sekolah : Asisten ahli dan pengajar
·         Rumah : Kehangatan penuh cinta
·         Sekolah : Kawah Candradimuka
·         Rumah : Pengambil Keputusan
·         Sekolah : Expert Opinion



Di kehidupan sesungguhnya dan jaman yang sudah berubah, kehidupan bekerja lebih keras. Di luar semakin tidak aman, namun anak jangan di sembunyikan. Mungkin dapat di terapkan pembagian kegiatan anak :

Untuk anak umur 0 – 7 tahun, adalah hak anak untuk bebas, bebas untuk menggunakan waktu bermain dan belajar, tidak usah di paksakan harus ini dan itu.
Umur 7 – 10 tahun, masuk fase kemandirian individual. Anak bisa di ajarkan untuk mandiri, berbisnis dari rumah, sharing pekerjaan dengan anak, atau mungkin mulai dari mencari uang jajan.
10 – 12 tahun, pendidikan candradimuka, melatih anak untuk berorganisasi untuk berkehidupan. Melatih organisasi berarti melatih manajemen diri, kerjasama, kepemipinan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Misalnya di mulai dengan mengorganisir rumah, menjadi EO acara keluarga atau terlibat dalam organisasi intra sekolah. 

aqil-baligh

Penutup 

Saya jadi teringat beberapa tahun lalu, pernah mengumpulkan remaja di sekitaran rumah untuk kegiatan Rumah Baca yang saya kelola. Kegiatan seperti English Day, menggambar untuk anak usia TK dan SD, dan mengaji untuk remaja putri. Bahkan sebulan sekali diadakan pengajian untuk putra dan putri dengan dibimbing oleh Ustad yang saya kenal. Pada tahun itu, sekitar tahun 2005 saya sanggup menangani 20-30 anak setiap minggunya, dan mereka dengan senang hati untuk belajar. 

Nah sekarang, dengan berubahnya dunia anak, dimana hampir setiap anak memegang gadget, buat saya secara pribadi sangat sulit mengumpulkan anak usia tanggung untuk berkumpul dan berkegiatan seperti dulu. Bahkan ketika saya ajak, mereka dengan polosnya membully dan mengejek kegiatan tersebut. Di masa mereka, berkumpul seperti suatu keharusan. Nah dari perkumpulan itulah sebenarnya kita, sebagai pendidik dapat memanfaatkan berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk mereka. 

Ayah, Bunda, dekatilah anak-anak, tidak hanya memberikan materi berlimpah dan selalu memberikan yang mereka inginkan, tapi juga pendidikan akhlaq agar aqil dan baligh mereka dapat berjalan bersamaan. Sehingga ketika mereka dapat kita lepaskan ke dunia luar, mereka akan menjadi kuat dan dewasa. 

Semoga generasi penerus bangsa ini selalu di lindungi Allah SWT dari pengaruh yang negative dan menghancurkan… amin

Terimakasih kepada Sekolah HobiHobi untuk penyelenggaraan Seminar Parenting yang sangat bermanfaat bagi para pendidik umumnya dan orang tua khususnya. Seminar Parenting akan diadakan rutin oleh Sekolah Hobihobi sebagai bentuk kepedulian lembaga pendidikan terhadap perkembangan orang tua dan murid. 

Pembicara dan moderator bersama Kru Sekolah Hobihobi

Untuk cerita lengkap pengalaman penulis menghadiri Seminar Parenting dan cerita tentang sekolah ini akan di tulis dalam "Seminar Parenting Sekolah HobiHobi Part 2". 

Sampai ketemu lagi
love,

Liza

2 komentar:

  1. Jadi sebelum 7 tahun sbnrnya wajar ya mbak klo anak "egois" hmmm TFS :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajar mba, masih anak-anak jangan dipaksakan untuk ini itu.

      Hapus