Minggu, 27 November 2016

Eco and Compact Living Bagi Pengkoleksi Loyang



Berprofesi sebagai tukang kue, membuat saya menjadi salah satu pengkoleksi alat-alat baking bisa berupa loyang, oven, alat kukus dan cetakan. Toko Bahan Kue adalah syurga bagi para penghobi baking. Istilah “lapar mata” serasa pas banget buat Saya. Rencana awal adalah belanja bahan pembuatan Brownies, lalu melihat ada Loyang cupcake yang dulu saya cari sedang kosong, eh ternyata hari itu pas ada. Masuklah loyang cupcake ke dalam keranjang. Semakin lama di Toko Bahan Kue, maka semakin banyak alat baking yang di masukkan keranjang. Ya loyang lidah kucing loyang roti, loyang cookies, loyang kue bundt dan masih banyak lagi. Dan bertambah pula barang yang perlu di simpan. Saat itu semua perlengkapan baking, saya taruh di dalam gudang khusus. Sehingga dengan semakin bertambahnya koleksi perlengkapan baking, maka semakin penuhlah gudangnya dan semakin berantakan pula isinya. Saya memerlukan waktu lumayan lama untuk mencari loyang brownies yang bertumpuk di gudang karena semua loyang saya tumpuk menjadi satu di sebuah dus besar. Otomatis semua isi akan dikeluarkan untuk mengambil 1 atau 2 buah loyang yang saya butuhkan. Dan akan memakan waktu lagi untuk membereskannya.

Sampai kemudian kamar yang saya jadikan gudang, harus di tempati oleh sanak saudara, sehingga mau tak mau semua barang yang ada di gudang tersebut harus saya keluarkan. Yang jadi permasalahan adalah,  dimana saya bisa meletakkan barang tersebut agar aman, awet, mudah di ambil dan tetap bersih?

“Faktanya, setiap kita memiliki jiwa  pengkoleksi”

Setelah mendengar kata itu di Ngobrol Cantik Eco Compact Living bersama Prajawangsa City dan Blogger Perempuan Minggu lalu, lalu saya berpikir… eh benar juga ya. Bahkan bukan hanya sekadar mengoleksi, tanpa di sadari kesukaan pada sesuatu membuat kita menjadi boros dan tidak bijak meletakkan barang koleksi tersebut yang mengakibatkan hunian tempat tinggal menjadi mudah kotor dan tidak sehat (eco friendly).



Seperti yang di utarakan oleh Mba Bayu Fristanty dari Rapi-Rapi Professisonal Organizer dalam Ngobrol Cantik kemarin, bahwa ada empat trik jitu untuk merapikan konten hunian, dalam kasus ini saya mencoba untuk mengaplikasikan dalam kerapihan perlengkapan baking saya.



Yang pertama adalah review and asses, yaitu memahami perilaku serta rutinitas dan memilih ruangan yang akan menjadi prioritas. Karena rutinitas per-baking-an ada di dapur, tentunya saya harus meletakkan semua perlengkapan tersebut di tempat yang berdekatan dengan dapur. Sehingga tidak akan memakan waktu lama untuk mencari.

Yang kedua group and short, yang artinya kita harus sudah menyortir barang yang kita miliki dan kelompokkan sesuai fungsinya. Menurut saya ini yang sulit, Karena tentunya apa yang saya beli adalah apa yang saya perlukan, walaupun tidak 100% digunakan tiap hari loyang dan teman-temannya itu masih terpakai. Tapi agar nantinya terlihat bersih, saya sortir berdasarkan jumlah. Karena toh penggunaan di oven saya hanya bisa menggunakan maksimal 3 loyang.

Dalam hal penyortiran ada 4 cara yang bisa saya atau kita lakukan agar loyang terlihat rapi dan tidak mubazir yaitu keep, sell, donate dan toss. Caranya dengan menyiapkan 4 dus. Dus yang pertama diperuntukan bagi loyang yang sering di gunakan dan bisa di simpan. Jangan semua merasa masih di pakai, karena kalau berpikir sayang semua loyang pasti akan tetap di simpan. Misal, saya sering mendapat pesanan brownies dan cookies, jadi loyang yang masih tetap saya keep adalah brownies dan cookies. Untuk loyang lain saya taruh di Dus no. 2 yaitu Dus untuk barang yang bisa di Jual. Atau dus no. 3 yaitu untuk barang yang bisa di sumbangkan atau donate. Yang pernah saya lakukan saat menyortir loyang tersebut, saya menemukan banyak loyang baru yang tidak terpakai. Jadi loyang itu saya letakan di dus no. 3, saya hibahkan saja loyangnya ke yang membutuhkan. Dan itu sangat mengurangi tumpukan loyang yang harus di keep.

Sebagian loyang yang sudah dihibahkan

Dus yang ke-4 yaitu dua untuk loyang yang akan di buang. Hmmmm kalo di buang pasti sayang kan. Jadi yang ke-4 ini tidak saya gunakan. Eh tapi ingat, memberi orang lain harus dengan barang yang masih bagus tanpa cacat dan masih bisa di gunakan tanpa merubah fungsinya.

Trik yang ketiga adalah Place It, yaitu memberikan tempat yang layak bagi para loyang tersebut di tempat semestinya, misalnya rak atau lemari khusus perlengkapan baking. Untuk nomor 3 ini, saya mulai menaruh perlengkapan baking yang sudah di sortir dalam sebuah lemari bekas pakaian yang tidak terpakai. Sehingga saat beberapa kali baking kemarin saya lebih mudah menemukan loyang dan tidak perlu mengeluarkan semua loyang.

Yang ke empat adalah maintain, dimana kita harus bisa mempertahankan sistem yang sudah kita jalankan tersebut. Saat semua loyang sudah masuk dalam lemari, artinya saya sudah mulai memasukan barang per-bakingan saya dalam sistem yang saya anggap sebagai kerapihan. Yang harus saya lakukan adalah tetap mempertahankan kerapihannya, hingga seandainya saya harus menambah loyang lagi, saya sudah tahu kapasitas lemari penyimpanan.

Dari Ngobrol Cantik Eco & Compact living kemarin, saya jadi memimpikan tinggal di sebuah apartemen yang eco friendly di Prajawangsa City. Karena selain bisa hidup dengan tenang dengan suasana yang ramah lingkungan, tentunya segala pernak pernik hunian yang teratur bisa membuat lebih nyaman. Apartemen Prajawangsa City memiliki area yang strategis di Jakarta Timur. Dekat dengan tol JORR sebagai akses untuk bepergian ke Bandara, Luar kota atau dalam kota. Pun dekat dengan perkantoran di kawasan TB Simatupang. Dengan ciri khasnya yaitu strategis, seru dan semarak menjadi nilai plus untuk memilih Apartemen yang berdiri dengan 8 tower dan 4.000 unit dengan luas keseluruhan 7 hektar. Superblok ini menghadirkan 2 konsep yaitu Unique Thematic Park yaitu dilengkapi dengan Area Spice Garden, herbal garden, tropical garden, area barbeque, 1 km jogging track, kids pool, thematic pool, fountain plaza, atm center, security 24 jam. Dan Unique Amenities yaitu dilengkapi oleh restaurant, atm center, coffee shop, security 24 jam, dan pusat perbelanjaan terlengkap.

Dengan konsep hunian yang eco friendly itulah impian mendasar untuk memiliki Apartemen di Prajawangsa City. Satu lagi PR saya dalam hal kerapihan dan kebersihan barang kalau mau tinggal di apartemen. Yaitu karena seringnya saya belanja produk Tupperware jadi produk tersebut akhirnya menumpuk di sembarang tempat, ya di lemari dapur, di buffet, di kardus ada Tupperware. Dimana saya bisa taruh agar terlihat rapi kembali?? Okeh, itu PR saya nanti.

Salam
Liza







Rabu, 16 November 2016

Adrenaline : Kisah Nyata Rumah Hantu Indonesia

Judul Film               : Adrenaline
Genre                       : Drama Horor
Production House    : Bejo Production - Andalan Media
Executive Producer : Teddy Tjokrosaputro
Producer                  : Musri MD
Director & Editor    : Dwi Ilalang
DOP                        : Halaston Pakpahan
Script Writer & Producer : Rusli Rinchen
Music                      : Viky Sianipar


Jika Anda penggemar film horor based on true story, Adrenaline bisa menjadi referensi tontonan horor di malam Jum'at loh.

Berawal dari penawaran menarik sebuah wahana uji nyali terbesar dan terpopuler di tanah air bernama Rumah Hantu Indonesia membuka lowongan kerja, mencari pemain sebagai "Hantu Baru". Gaji yang di tawarkan lumayan besar. 130 juta dengan kontrak eksklusif dengan royalti 13 persen per tahun seumur hidup. Anehnya, saat awal audisi peserta harus menandatangani kontrak cap jempol dengan darah mereka sendiri.
Adalah Anjani, Viktor, Michael, Kim dan Catherine, 5 pemuda terakhir yang lolos sebagai finalis dan masuk dalam babak Grand Final. Syaratnya mudah, mereka hanya harus bertahan satu malam saja di dalam wahana Rumah Hantu tersebut.

Sebelumnya Viktor, seorang pemuda yang ternyata merupakan teman kecil Anjani saat di panti asuhan menyelidiki wahana uji nyali Rumah Hantu Indonesia. Dalam dugaannya Rumah Hantu Indonesia yang terkenal seram dan keren itu di kendalikan oleh Mr. Hunt, si Raja Setan yang telah membuat perangkap agar semua peserta audisi ter-eliminasi yang berarti mati. Ruh mereka akan terperangkap, di kuasai dan di jadikan penghuni "hantu" baru untuk selamanya.

Sesungguhnya, tanpa di sadari para pengunjung wahana Rumah Hantu Indonesia di takut-takuti oleh "hantu asli" dari roh yang di kuasai setan, karena saat akan masuk wahana diharuskan membaca mantra "Nyews Wheaknos Blenkhut Breakdesh" yang sebenarnya telah mebuka penglihatan mereka ke alam ghaib.

Dalam proses mengikuti audisi itulah, terungkap semua jebakan dan tipu daya Mr. Hunt mengadakan audisi hantu baru di Rumah Hantu Indonesia. Kelima pemuda tersebut dapat lolos dalam jebakan tersebut harus memenuhi  syarat. Salah satunya adalah tidak boleh makan dan minum selama mengikuti audisi. Apakah syarat yang lainnya? Mereka berjuang mati-matian menyelamatkan diri dan memecahkan teka-teki misteri sebelum waktunya habis. Dan satu persatu kenyataan terungkap dalam proses menuju jalan keluar dari wahana Rumah Hantu tersebut.

Saya tergolong penakut untuk urusan menonton film horor baik film lokal maupun film international. Ketika mendengar dan melihat adegan yang mengagetkan itulah rasanya jantung akan terasa mau copot.  Saat akan menonton film Adrenaline ini, saya pikir, ah paling sedikit adegan tegangnya, Toh film Indonesia ga akan serem-serem banget. Paling banter yang keluar pocong (walaupun sebenarnya itupun sudah membuat saya takut). Dari posternya pun tidak terlihat seram dan ada hantunya, jadi saya bekesimpulan, this movie will not scare me.

Para Pemain ADRENALINE
Tapiiii... dugaan saya ternyata salah. Di awal cerita saat menceritakan tokoh Anjani yang sedang berada di panti asuhan, sudah membuat jantung saya copot dan saya harus menutup mata serta mengalihkan mata saya ke hal lain. Setelah itu, sound effect dan kejutan-kejutan seram lainnya berhasil membuat saya hampir menutup mata sepanjang film berjalan. Terutama pada saat apra hantu berkeliaran di sepanjang film. Sensasi menegangkan dan membuat jantung copot ini, pas buat anda yang menyukai film horor dan misteri.

Ya, saya pikir saya sudah bisa menebak akhir dari cerita uji nyali di film ini, ternyata tebakan dan dugaan saya salah. Banyak adegan yang akan membuat kita menduga, oohh ternyata begini, ternyata begitu, pasti begini, pasti begitu. Who knows, akhir cerita tidak akan seperti yang anda bayangin.

Dan jika anda menyimak setiap kata dan adegan dalam film ini, anda akan mengetahui bahwa ada pesan moral yang ingin di tunjukkan Penulis dan Sutradara dalam film ini. Apakah itu? Tonton saja di bioskop, mulai 17 November 2016 ya.

Happy Watching Guys

Liza

Sabtu, 12 November 2016

Seminar Parenting Sekolah Hobihobi : Mempersiapkan Aqil Baligh dengan Bahagia (part 1)


Bung Karno : “Berikan aku sepuluh pemuda, akan kuubah dunia”
Kini : “Berikan aku satu remaja, pusing kepalaku”

Kalimat pertama sering saya dengar, namun untuk kalimat kedua saya baru dengar. Kenapa remaja membuat pusing kepala? Apa bedanya pemuda dengan remaja? Beberapa waktu lalu saya menghadiri Seminar Parenting yang diadakan oleh Sekolah Hobi Hobi Bekasi, dengan tema "Mempersiapkan Aqil Baligh dengan Bahagia". Sebagai Pembicara yaitu Drs Andriano Rusfi, P. Si yang merupakan Konsultan SDM & Pendidikan. Beliau juga sebagai Konsultan Senior PPSDM dan Ketua Dewan Pakar Masjid Salman ITB. Dengan di moderatori oleh Drh Lulu Mariyam Fathurahman, seminar ini memaparkan berbagai problematika remaja dewasa ini.

Aqil Baligh
Drs Andriano Rusfi, P. Si (Pembicara) dan Drh Lulu Mariyam Fathurahman (Moderator)


Nah dari Seminar itulah saya tahu perbedaan remaja dan dewasa. Ternyata persepsi saya selama ini salah loch tentang pengertian remaja, dan sungguh miris sekali mendengar penuturan Pembicara, kenyataan yang kita hadapi sekarang dan di masa akan datang. 

Penelusuran Ilmiah Tentang Remaja

Seluruh literature ilmiah hingga akhir abad 19 tak mengenal terminologi remaja. Berubahnya periode remaja membuktikan bahwa fase ini tidak ajeg dan penelitian psikologi lintas budaya membuktikan bahwa fenomena remaja tidak universal. Periodisasi perkembangan kofnitif (Piaget), seksual (Freud), Sosial (Erikson) dan moral (Kohlberg) tak mengenal fase remaja.

Istilah Remaja baru ada sejak akhir abad 19 yaitu muncul sejak era Revolusi Industri. Saat orang tua  harus keluar rumah dan bekerja, anak-anak terpaksa di titipkan di sekolah sehingga luput untuk mendidik secara mental. Walaupun secara fisik anak-anak tumbuh cepat, namun secara mental tumbuh lambat. Karena sering keluar rumah itulah, orang tua mengganti dengan makanan dan materi sehingga anak-anak cepat besar secara fisik dan juga hormon seksual. Masa inilah anak-anak disebut telah baligh. 



Pernah membaca atau menonton kasus Yuyun di televisi? Seorang gadis 14 tahun di perkosa dimana vagina dan duburnya hancur oleh 12 pemuda, 7 pelaku diantaranya adalah anak di bawah umur. Para pelaku hanya di hukum ringan dengan alasan klasik “masih anak-anak”. Drs Andriano memaparkan hal tersebut karena berdasarkan UU Kriminal, umur di bawah 18 tahun pelaku kejahatan akan di hukum separuh orang dewasa.  Namun yang menjadi pertanyaan, dapatkah mereka di sebut anak-anak jika telah mampu melakukan tindakan seksual?

Fase remaja merupakan fase transisional dengan rentang yang sangat panjang. Jika 18 tahun adalah masa manusia di sebut dewasa, maka anak-anak mulai baligh di usia 9 atau 10 tahun mereka mengalami masa transisi selama 8 / 9 tahun. Dalam masa pencarian identitas mereka di sebut sebagai remaja yang tidak produktif bahkan konsumtif dan destruktif. Pada masa transisi itulah mereka Remaja disebut generasi galau dan bingung dengan identitas, status dan posisi social. 

Dari sinilah di ketahui bahwa remaja, sudah baligh namun belum aqil. Bukan anak tapi belum dewasa. Karena hukum hanya mengenal anak-anak dan dewasa sebagai subjek hukum, dan posisi remaja tidak tercantum.
 

Menyeimbangkan Aqil Dan Baligh dari Anak Menuju Dewasa

Dari penjabaran di atas, dapatlah kita tarik garis merah, bahwa tidak ada istilah remaja terutama dalam Islam. Dari anak menuju dewasa, bukan remaja. Dan ini erat kaitannya dengan Aqil dan Baligh.

Untuk melahirkan generasi yang baik dan sesuai dengan tuntunan agama, Aqil dan Baligh harus menjadi satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan dan harus berjalan berbarengan. Tidak bisa baligh dulu atau aqil dulu agar di kemudian hari anak akan menjadi sepenuhnya dewasa, matang secara fisik dan mental. Juga mandiri, bertanggung jawab, siap memikul beban dan bagian dari suatu solusi bukan menjadi sumber masalah. Berikut komparasi Aqil dan Baligh yang merupakan satu kesatuan dan berjalan bersamaan :

AQIL
BALIGH
Dewasa mental
Pengaruh pendidikan
Berkembangnya akal
Fungsi tanggung jawab
Mandiri, tanggung jawab
Peran ayah + Ibu
Dewasa Fisik
Pengaruh nutrisi
Berkembangnya nafsu
Fungsi reproduksi
Life and death instinct
Peran Ibu + ayah

Misalnya, anak sampai usia 7 tahun masih sangat individual, belumlah waktunya di ajarkan untuk berbagi. Anak usia tersebut alangkah baiknya di berikan pendidikan yang berkreatifitas dan imajinasi. Beda halnya dengan anak 7 tahun ke atas, berikan pengajaran untuk saling berbagi, mengajari bersosialisasi, kedisiplinan sehingga akan mempengaruhi balighnya. Terlalu cepat memberikan pengajaran yang belum waktunya membuat anak akan menjadi cepat dewasa. Sehingga Aqil dan baligh tidak berjalan berbarengan. 


Mengakil Balighkan Anak

Karena sejak Revolusi Industri itulah, para orang tua yang sedianya sebagai garda terdepan dalam pembentukan aqil baligh anak, harus keluar rumah untuk mencari penghidupan, menyerahkan sepenuhnya pengajaran anak kepada Sekolah. Sedangkan di sekolah hanya untuk mengajar pelajaran / keilmuan. Orang tua boleh mendelegasikan tugas pengajaran, namun jangan melimpahkan tanggung jawab mendidik kepada Sekolah. 



Dalam Islam, penanggungjawab utama mendidik adalah ayah, dan pelaksananya adalah bunda. Jika peran ayah minim dalam hal mendidik anak, maka aqil akan telat. Sama halnya dengan Tarbiyah yang merupakan tugas Ayah, sedangkan mengasuh adalah tugas Bunda. Tak perlu berlindung di balik istilah “kualitas pertemuan” lebih penting, namun melupakan mendidik. 

Peran Ayah
Peran Bunda
Man of Vision and Mission
Penanggung jawab
Konsultan Pendidikan
Sang Ego dan Individualitas
Pembangun Sistem Berpikir
Penegak Professional
Supplier Maskulinitas
The Person of Tega
Pelaksana harian pendidikan
Person of love and sincerity
Sang harmoni dan sinergi
Pemilik moralitas dan nurani
Supplier Femininitas
Pembangun Hati dan Rasa
Berbasis Pengorbanan
Sang Pembasuh Luka

Sebagai perbandingan pendidikan di rumah dan sekolah (co-parenting) :
·         Rumah : Penanggungjawab dan pendidik
·         Sekolah : Asisten ahli dan pengajar
·         Rumah : Kehangatan penuh cinta
·         Sekolah : Kawah Candradimuka
·         Rumah : Pengambil Keputusan
·         Sekolah : Expert Opinion



Di kehidupan sesungguhnya dan jaman yang sudah berubah, kehidupan bekerja lebih keras. Di luar semakin tidak aman, namun anak jangan di sembunyikan. Mungkin dapat di terapkan pembagian kegiatan anak :

Untuk anak umur 0 – 7 tahun, adalah hak anak untuk bebas, bebas untuk menggunakan waktu bermain dan belajar, tidak usah di paksakan harus ini dan itu.
Umur 7 – 10 tahun, masuk fase kemandirian individual. Anak bisa di ajarkan untuk mandiri, berbisnis dari rumah, sharing pekerjaan dengan anak, atau mungkin mulai dari mencari uang jajan.
10 – 12 tahun, pendidikan candradimuka, melatih anak untuk berorganisasi untuk berkehidupan. Melatih organisasi berarti melatih manajemen diri, kerjasama, kepemipinan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Misalnya di mulai dengan mengorganisir rumah, menjadi EO acara keluarga atau terlibat dalam organisasi intra sekolah. 

aqil-baligh

Penutup 

Saya jadi teringat beberapa tahun lalu, pernah mengumpulkan remaja di sekitaran rumah untuk kegiatan Rumah Baca yang saya kelola. Kegiatan seperti English Day, menggambar untuk anak usia TK dan SD, dan mengaji untuk remaja putri. Bahkan sebulan sekali diadakan pengajian untuk putra dan putri dengan dibimbing oleh Ustad yang saya kenal. Pada tahun itu, sekitar tahun 2005 saya sanggup menangani 20-30 anak setiap minggunya, dan mereka dengan senang hati untuk belajar. 

Nah sekarang, dengan berubahnya dunia anak, dimana hampir setiap anak memegang gadget, buat saya secara pribadi sangat sulit mengumpulkan anak usia tanggung untuk berkumpul dan berkegiatan seperti dulu. Bahkan ketika saya ajak, mereka dengan polosnya membully dan mengejek kegiatan tersebut. Di masa mereka, berkumpul seperti suatu keharusan. Nah dari perkumpulan itulah sebenarnya kita, sebagai pendidik dapat memanfaatkan berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk mereka. 

Ayah, Bunda, dekatilah anak-anak, tidak hanya memberikan materi berlimpah dan selalu memberikan yang mereka inginkan, tapi juga pendidikan akhlaq agar aqil dan baligh mereka dapat berjalan bersamaan. Sehingga ketika mereka dapat kita lepaskan ke dunia luar, mereka akan menjadi kuat dan dewasa. 

Semoga generasi penerus bangsa ini selalu di lindungi Allah SWT dari pengaruh yang negative dan menghancurkan… amin

Terimakasih kepada Sekolah HobiHobi untuk penyelenggaraan Seminar Parenting yang sangat bermanfaat bagi para pendidik umumnya dan orang tua khususnya. Seminar Parenting akan diadakan rutin oleh Sekolah Hobihobi sebagai bentuk kepedulian lembaga pendidikan terhadap perkembangan orang tua dan murid. 

Pembicara dan moderator bersama Kru Sekolah Hobihobi

Untuk cerita lengkap pengalaman penulis menghadiri Seminar Parenting dan cerita tentang sekolah ini akan di tulis dalam "Seminar Parenting Sekolah HobiHobi Part 2". 

Sampai ketemu lagi
love,

Liza